Laman

PERUMAHAN SUMMARECON BANDUNG

PERUMAHAN SUMMARECON BANDUNG


Kota Summarecon Bandung


adalah sebuah kota dengan kawasan residensial, komersial, dan Summarecon Teknopolis yang berpadu harmonis sebagai tempat untuk tinggal, bekerja, dan rekreasi. Modern dan inovatif yang menjadi wadah bagi energi kreatif untuk tumbuh dan berkembang.






PT Summarecon Agung Tbk. (“Summarecon”) didirikan pada tahun 1975 oleh Bapak Ir. Soetjipto Nagaria dan rekan-rekannya untuk membangun dan mengembangkan real estat. Dimulai dengan membangun 10 hektar lahan di kawasan rawa-rawa di daerah Kelapa Gading, para pendiri Perusahaan berhasil mengubah kawasan tersebut menjadi salah satu daerah hunian dan bisnis paling bergengsi di Jakarta. Dan seiring dengan berjalannya waktu, Summarecon berhasil membangun reputasi sebagai salah satu pengembang properti terkemuka di Indonesia, khususnya dalam pengembangan kota terpadu atau lebih dikenal dengan ‘township’.

Summarecon membangun kota terpadu yang mengintegrasikan pengembangan perumahan dengan komersial, yang didukung oleh fasilitas yang beragam dan lengkap bagi para penghuninya. Dalam tiga dasawarsa terakhir, Summarecon telah mengembangkan kemampuan disegala bidang real estat: meliputi pengembangan, arsitek, teknik, manajemen proyek dan konstruksi, perencanaan tata kota, infrastruktur, teknik desain yang berkelanjutan, manajemen kota terpadu, dan manajemen properti ke dalam pengembangan kota terpadu kami.

Kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan, karyawan yang berdidikasi dan komitmen kepada pelanggan serta pemasok, Summarecon dikenal atas keandalannya, keahliannya dan kemampuannya dalam melaksanakan dan menyelesaikan proyek pengembangan properti di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Unit bisnis Summarecon saat ini dikelompokkan berdasarkan tiga aktivitas yang berbeda, yaitu:
  • Pengembangan Properti
  • Investasi dan Manajemen Properti
  • Rekreasi danHospitality, dan lainnya

Perkembangan kawasan Summarecon Kelapa Gading (dahulu disebut Kelapa Gading Permai) yang pesat serta pertumbuhannya menjadi sebuah kota satelit tak pelak menjadikan kawasan ini sangat diminati orang untuk tinggal dan membuka usaha. Orang cenderung tinggal di kota atau daerah yang memberikan fasilitas lengkap. Intinya mereka tidak mau jauh-jauh dari kegiatan hidup sehari-hari seperti bekerja, berbelanja, kegiatan sosial, beribadah dan sekolah.

Tiga puluh tahun yang lalu, jangankan menarik orang untuk datang dan tinggal, keadaan Kelapa Gading yang masih berawa-rawa, justru membuat orang memalingkan muka. Tapi, lihatlah Kelapa Gading sekarang. Orang bukan lagi sekadar ingin tinggal, bahkan sudah berebut untuk membuka usaha di Kelapa Gading.

Lebih dari itu, fasilitas yang serba ada dan pengalaman-pengalaman para penghuni erhasil menahan warga Kelapa Gading untuk tidak berpaling ke daerah lain. Ya, itulah Kelapa Gading, bekas rawa-rawa yang terus berkembang menjadi kota yang benar-benar hidup. Kelapa Gading telah tumbuh menjadi suatu kawasan yang maju, dihuni oleh sekitar 25 ribu keluarga dengan perputaran uang sebesar Rp 25 triliun per tahun.


Pembangunan kota mandiri (township) Summarecon Bandung bakal dibangun mulai akhir 2014. Proyek properti tersebut bakal dikembangkan sedikitnya selama sepuluh tahun. “Jika proses perizinan lancar, akhir tahun ini mulai dibangun. Paling lambat kami mulai bangun awal 2015,” jelas Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk, Johannes Mardjuki, kepada Investor Daily, saat dihubungi di Jakarta, (Rabu 95/3)




Dia menambahkan, saat ini rencana induk (masterplan) proyek township itu terus diperbarui, sedangkan perizinan pembangunan memasuki tahap pengurusan. Proyek di kawasan Gede Bage, Bandung itu memiliki luas sekitar 200 hektare (ha). “Pemerintah Kota Bandung cukup responsif dan mendukung proses pengurusan izin,” kata dia.
Kelak, katanya, kota mandiri yang dibangun tersebut mencakup hunian tapak, ruang komersial, pusat ritel, hingga perkantoran. Dia menilai, prospek bisnis properti di Bandung cukup potensial.
Menurut Local Director Research JLL, Anton Sitorus, hal yang perlu diperhatikan dalam proyek township di Bandung adalah soal akses atau infrastruktur menuju proyek. Pengembang sekelas Summarecon dinilai punya pengalaman untuk membangun township seperti di Serpong, Jakarta, dan Bekasi. Karena itu, masalah aksesibilitas perlu menjadi perhatian.

“Bandung merupakan daerah baru buat Summarecon, karena itu perlu didalami struktur harga yang cocok bagi pembeli di kota itu,” kata dia kepada Investor Daily, di Jakarta, Rabu (5/3).